Bukti “Danau Toba Bukan Milik Indonesia”, Benarkah?
Adalah Van Bemmelen, geolog Belanda, yang mungkin bisa ditunjuk sebagai bapaknya teori Toba sebagai kaldera gunung api. Tahun 1939 ia ditugaskan Pemerintah Belanda untuk meneliti Danau Toba dan akhirnya menemukan bukti bahwa danau indah itu merupakan kaldera gunung raksasa.
Temuan itu memang sempat menimbulkan kontroversi. Namun teori Bemmelen tersebut lambat tapi pasti mulai diterima masyarakat hingga kini, menyusul penemuan abu vulkanik oleh peneliti setelahnya dari beberapa penjuru bumi yang diidentifikasi berasal dari letusan gunung Toba.
Namun yang jadi pertanyaan adalah mengapa teori Toba hanya berkumandang di debat-debat internasional di luar Indonesia saja. Seolah-olah Toba bukan milik kita. Sebut saja Michael L Rampino (New York University), Stephen Self (University of Hawaii at Manoa), kemudian Greg Zielinski (University of Massachusetts) merupakan peneliti berpengaruh yang secara mendalam mempelajari material abu vulkanik Toba.
Ilustrasi Danau Toba
Merekalah yang menyediakan data bagi lahirnya teori Toba Catastrophe yang diyakini membuat kemacetan populasi manusia. Kemudian Stephen Oppenheimer, peneliti genetika asal Inggris yang ahli sintesis DNA telah merilis migrasi manusia dengan judul Journey of Mankind. Tulisan yang disertai simulasi migrasi manusia itu memberi posisi penting letusan Toba yang dianggap melahirkan perubahan drastis genetika pada ras-ras Homo sapiens.
Hingga kini, Indonesia masih sepi dari minat terhadap Toba. Bahkan mungkin sebagian dari kita masih tetap mentok pada pengetahuan bahwa Danau Tobahanyalah sebuah danau besar saja. Nah, untuk itu berikut ada video dokumenter menarik tentang Toba dan asal-usulnya.
Sebuah video yang dihasilkan dari ekspedisi mengeksplorasi gunung berapi dan lempeng benua di Indonesia, yang terjalin dalam lingkar Cincin Api Pasifik. Ekspedisi Cincin Api yang berlangsung selama 1 tahun penuh, juga mengeksplorasi keberadaan gunung Toba. Semoga membantu pengetahuan kita tentang Danau Toba dan gunung api purbanya.
0 comments:
Post a Comment