Suku Karo mempunyai banyak sekali bermacam-macam upacara suku atau adat, yang dimana setiap upacaranya itu mempunyai tujuan dan fungsi yang berbeda. Dimana salah satu upacara-upacara yang dimiliki oleh masyarakat Karo adalah Porpor Sage.
Pada zaman dulu Porpor Sage, merupakan suatu acara yang sangat jering digunakan oleh masyrakat Karo. Porpor Sage merupakan suatu Upacara perdamaian antara orang yang berseteru menurut adat Karo, atau dengan kata lain Porpor Sage adalah suatu upacara yang dilakukan oleh masyarakat karo yang dimana bertujuan untuk memperdamaikan antar orang-orang yang berseteru menurut adat Karo. Namun, tujuan dari diadakaanya upacara Porpor Sage ini tidak hanya untuk memperdamaikan antara orang yang berseteru secara duniawi saja, tetapi Porpor Sage juga digunakan untuk memperdamaikan atau mententramkan roh atau Tendi.
Porpor Sage dalam pelaksanaanya mempunyai dan memiliki beberapa jenis, yang dimana jenis-jenis dari Porpor Sage itu adalah sebagai berikut;
Persada man, adalah upacara perdamaian dengan cara melaksanakan makan bersama dari satu piring, dengan lauk makanya adalah ayam yang bagiannya utuh yang digulai dengan Khusus, dan juga sebutir telor ayam.
Nunggahken Lau Erpagi-pagi, adalah upacara perdamaian dengan cara saling menyuapkan air, yang dimana air itu berasal dari air yang keluar pertama kali dari pancuran yang diambil pagi hari atau disebut juga dengan Bunga Lau.
Nabei, adalah upacara perdamaian dengan cara member ‘sabe’ atau pakaian adat kepada kelompok atau orang yang disabei, dan juga disediakan kerbau, lembu atau babi sebagai lauknya.
Putar Darah, adalah upacara perdamaian dengan cara membuat putar dari darah orang yang melakukan kesalahan.
Dalam pelaksanaan upacara Porpor Sage, hal pertama yang harus dilakukan adalah sekelompok yang berselisih itu harus mengadakan musyawarah atau runggu yang dimana dalam musyawarah atau runggu itu harus dihadiri oleh Sangkep Enggeloh dari masing-masing pihak. Setelah itu baru lah diadakan upacara Porpor Sage, yang diikuti dengan peralatan untuk melaksanakan upacara tersebut yang dimana terdiri dari Beru-beru(tempat air), besi-besi sangka sempilet, junjungan bukit dan bunga lau.
Setelah itu baru lah upacara Porpor Sage itu dapat dilakasanakan, yang dimana pertama-tama semua akan diberi makan bersama (persada man), diberi minum ( Nunggahken lau erpagipagi), disabei atau diputar dareh. Setelah itu orang yang melakukan akan berbicara memohon maaf atas kesalahan yang telah dilakukan, karena kesalahan itu tidak sengaja ( ija ndube kata kami si salah, entah kurang, entah lebih, entah metirsa, entah meletsa gelah ula megelut tendindu. Setelah itu acara makan bersama, memberi minum dan memberi sabe sudah dapat dilakukan, kemudian kalimbubu meminum air itu dang menyemburkan sebanyak 4 kali dan berkata kusemburkan air ini, ke air yang mengalir, ke angin yang berhembus agar hatiku menjadi sejuk dibawa air mengalir dan dihembus angin bertiup ( kusemburkan lau enda ku lau simaler; ku angin sirembus, gelah ukurku malem ibaba lau simaler, I embus angin sirembus. Selah pihak kalimbubu menyemburkan air tadi sebanyak 4 kali, setelah itu orang yang salah itu meminum air itu, sebagaian lagi diusapkan ke ulu hati dan kepalanya. Dan acara selanjutnya adalah member sirih dan rokok kepada pihak kalimbubu.
Namun pada zaman sekarang acara Porpor Sage, sudah sangat jarang dilakukan hal ini disebabkan pada saat ini masyrakat Karo kebanyakan lebih memilih jalan formal untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi antara dua orang atau kelompok.
tulisan : brahmanalimang di kompasiana
0 comments:
Post a Comment